Kapasitas
Tukar Kation
(KTK)
Kapasitas tukar kation
merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah.
Tanah dengan KTK tinggi mampu menjerat dan menyediakan unsur hara lebih baik
daripada tanah dengan KTK rendah. Tanah dengan KTK tinggi bila didominasi oleh
kation basa, Ca, Mg, K, Na (kejenuhan basa tinggi) dapat meningkatkan kesuburan
tanah, tetapi bila didominasi oleh kation asam, Al, H (kejenuhan basa rendah)
dapat mengurangi kesuburan tanah. Karena unsur-unsur hara terdapat dalam
kompleks jerapan koloid maka unsur-unsur hara tersebut tidak mudah hilang
tercuci oleh air.KTK pada jenis tanah yang ada berbeda-beda, dipengaruhi oleh faktor
lingkungan setempat. KTK tanah pada umumnya digunakan sebagai indikator pembeda
pada proses klasifikasi tanah.
Besarnya KTK suatu
tanah dapat ditentukan dengan menjenuhkan kompleks jerapan atau misel dengan
kation tertentu. Misalnya misel dijenuhkan dengan kation Ba2+ atau NH4+ yang
bertujuan agar seluruh kation yang terjerap dapat digantikan oleh ion Ba2+ atau
NH4+. Dengan menghitung jumlah Ba2+ atau NH4+ yang dapat menggantikan seluruh
kation terjerap tadi, maka nilai tersebut adalah KTK tanah yang ditentukan.
Pada suspensi tanah
dapat dibedakan permukaan padat yang umumnya bermuatan negatif dan
kation-kation yang bermuatan positif dalam larutan. Penyebaran muatan pada
sistem tersebut dapat disamakan dengan kondensor. Dalam hal ini lempeng
bermuatan negatif adalah permukaan padat dan lempeng bermuatan positif adalah
sejumlah kation yang tersebar. Semakin jauh dari permukaan bahan padat ia
menjadi renggang sampai akhirnya merat dilarutkan. Penyebaran muatan dengan
medan listriknya disebut lapis ganda listrik. Dengan adanya tenaga kinetis maka
penyebaran kation bersifat difusi dan lapisan ganda disebut setengah difusi.
Kation-kation yang menyebar disebut ion lawan (counter ion) dari muatan
permukaan. Medan listrik makin berkurang dari permukaan bermuatan kelarutan
sampai menjadi nol bila disosiasi ion lawan telah berhenti. Tebal lapis ganda ditentukan oleh
kesetimbangan antara kecenderungan ion-ion untuk menyebar dan kekuatan tarik
permukaan mineral.
Setiap kation mempunyai daya yang berbeda
untuk dapat dijerap dan dipertukarkan. Jumlah yang dijerap biasanya tidak
setara dengan jumlah yang dipertukarkan. Ion bervalensi dua biasanya lebih kuat
dipegang dai pada ion bervalensi satu oleh koloid tanah, dengan demikian akan
lebih sukar untuk dipertukarkan. Itulah sebabnya jika ion Ba2+ yang digunakan
sebagai kation penukar, pertukaran tidak terjadi dalam jumlah yang setara.
Barium dijerap kuat sekali oleh liat, tetapi mempunyai daya penetrasi yang
rendah. Oleh karena itu jumlah pertukaran yang diperoleh lebih rendah dari
jumlah barium yang dijerap, akan sering memberikan jumlah pertukaran yang lebih
tinggi dari jumlah ion NH4+ yang dijerap. Amonium adalah ion bervalensi satu
yang tentunya akan ditarik oleh koloid liat kurang kuat jika dibandingkan
dengan ion barium, tetapi ion amonium mempunyai daya penetrasi yang lebih
tinggi.
Faktor-
Faktor yang Mempengaruhi Kapasitas Tukar Kation
1.
Tekstur Tanah
Semakin halusnya
tekstur pada tanah maka akan meningkatkan KTK karena tanah lebih mampu dalam
menahan air dan unsur hara. Dengan semakin halusnya tekstur, maka hara akan
tertahan dan terjerap dalam koloid tanah, serta unsur hara tidak mudah
mengalami pencucian. Hal ini dapat memudahkan dalam pertukaran kation di dalam
tanah, terutama pada kation yang monovalen. Jerapan dan pertukaran kation ini
mempunyai arti penting di dalam serapan hara oleh tanaman, kesuburan tanah,
retensi hara dan pemupukan. Kation yang terjerap biasanya tersedia untuk
tanaman dengan menukarkannya dengan ion H+ hasil respirasi akar tanaman. Hara
yang ditambahkan ke dalam tanah melalui pemupukan akan diikat oleh permukaan
koloid tanah dan dapat dicegah dari pelindian, sehingga dapat menghindari
kemungkinan pencemaran air tanah (ground water). Jika tekstur tanah terlalu
kasar misalnya pasir, maka daya jerap akan hara dan airnya lebih mudah lepas
atau hilang sehingga mudah sekali terjadi pencucian yang dapat mengurangi kesuburan
tanah dan menurunkan KTK
2. Kandungan Humus dan Bahan Organic
Seperti yang telah kita
ketahui bahwa bahan organik dapat memperbaiki struktur tanah sehingga terbentuk
agregat tanah yang mengurangi terjadinya erosi Bahan organik yang lambat laun
terdekomposisi akan menghasilkan humus yang berguna bagi tanaman dan juga
tanah. Tanah akan memiliki pH yang stabil dan baik untuk pertanaman. Bahan
organik ini membuat tanah melangsungkan proses alaminya sehingga tidak terdapat
residu dalam pengaplikasiannya, selain itu dengan adanya kandungan c organik
yang tinggi, hal ini berkorelasi positif terhadap kasitas tukar kation karena
lambat laun hara akan tersedia dari dekomposisi bahan organik dan juga tanah
akan lebih kuat menahan unsur hara karena strukturnya yang agregat. Jika
kandungan humus dan bahan organik di dalam tanah sedikit, hal ini akan
menyebabkan penurunan kapasitas tukar kation karena hilangnya unsur hara akibat
pencucian maupun erosi.
3. Jenis Liat dan Kandungan Liat
Nilai KTK liat tergantung dari jenis
liat, sebagai contoh:
a.
Liat Kaolinit memiliki nilai KTK = 3 s/d 5 me/100 g.
b.
Liat Illit dan Liat Klorit, memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
c.
Liat Montmorillonit, memiliki nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.
d.
Liat Vermikullit, memiliki nilai KTK = 100 s/d 150 me/100 g.
4.
Tergantung oleh pH Tanah
Kapasitas tukar kation
tanah yang memiliki banyak muatan tergantung pH dapat berubah-ubah dengan
perubahan pH. Keadaan tanah yang sangat masam menyebabkan tanah kehilangan
kapasitas tukar kation dan kemampuan menyimpan hara kation dalam bentuk dapat tukar
karena perkembangan muatan positif. Kapasitas tukar kation kaolinit menjadi
sangat berkurang karena perubahan pH dari menjadi 5,5. Kapasitas tukar kation
yang dapat dijerap 100 gram tanah pada pH 7. Kapasitas tukar kation menunjukkan
kemampuan tanah untuk menahan kation-kation dan mempertukarkan kation-kation
tersebut. Kapasitas tukar kation penting untuk kesuburan tanah maupun untuk
genesis tanah. Beberapa pengukuran kapasitas tukar kation telah dilaksanakan
dengan hasil berbeda-beda.
Pengelompokkan
Kapasitas Tukar Kation
1. Berdasarkan pada jenis permukaan koloid yang
bermuatan negative KTK dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
a. KTK Koloid Anorganik atau KTK Liat
KTK liat adalah jumlah
kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid anorganik (koloid liat)
yang bermuatan negatif.
Nilai KTK liat tergantung dari jenis
liat, sebagai contoh:
a. Liat Kaolinit memiliki nilai KTK
= 3 s/d 5 me/100 g.
b. Liat Illit dan Liat Klorit,
memiliki nilai KTK = 10 s/d 40 me/100 g.
c. Liat Montmorillonit, memiliki
nilai KTK = 80 s/d 150 me/100 g.
d. Liat Vermikullit, memiliki nilai
KTK = 100 s/d 150 me/100 g.
b. KTK Koloid Organik
KTK koloid organik
sering disebut juga KTK bahan organik tanah adalah jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada permukaan koloid organik yang bermuatan negatif. Nilai KTK
koloid organik lebih tinggi dibandingkan dengan nilai KTK koloid anorganik.
Nilai KTK koloid organik berkisar antara 200 me/100 g sampai dengan 300 me/100
g.
c. KTK Total atau KTK
Tanah
KTK total merupakan
nilai KTK dari suatu tanah adalah jumlah total kation yang dapat dipertukarkan
dari suatu tanah, baik kation-kation pada permukaan koloid organik (humus)
maupun kation-kation pada permukaan koloid anorganik(liat).
Perbedaan
KTK Tanah Berdasarkan Sumber Muatan Negatif
Berdasarkan sumber
muatan negatif tanah, nilai KTK tanah dibedakan menjadi 2, yaitu:
.a. KTK Muatan Permanen
KTK muatan permanen
adalah jumlah kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan
sumber muatan negatif berasal dari mekanisme substitusi isomorf. Substitusi
isomorf adalah mekanisme pergantian posisi antar kation dengan ukuran atau
diameter kation hampir sama tetapi muatan berbeda. Substitusi isomorf ini
terjadi dari kation bervalensi tinggi dengan kation bervalensi rendah di dalam
struktur lempeng liat, baik lempeng liat Si-tetrahedron maupun Al-oktahedron.
Contoh peristiwa
terjadinya muatan negatif diatas adalah: (a). terjadi substitusi isomorf dari
posisi Si dengan muatan 4+ pada struktur lempeng liat Si-tetrahedron oleh Al
yang bermuatan 3+, sehingga terjadi kelebihan muatan negatif satu, (b).
terjadinya substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ pada struktur
liat Al-oktahedron oleh Mg yang bermuatan 2+, juga terjadi muatan negatif satu,
dan (c). terjadi substitusi isomorf dari posisi Al yang bermuatan 3+ dari hasil
substitusi isomorf terdahulu pada lempeng liat Si-tetrahedron yang telah
bermuatan neatif satu, digantikan oleh Mg yang bermuatan 2+, maka terjadi lagi
penambahan muatan negatif satu, sehingga terbentuk muatan negatif dua pada
lempeng liat Si-tetrahedron tersebut. Muatan negatif yang terbentuk ini tidak
dipengaruhi oleh terjadinya perubahan pH tanah. KTK tanah yang terukur adalah
KTK muatan permanen.
b.KTK Muatan Tidak
Permanen
KTK muatan tidak
permanen atau KTK tergantung pH tanah adalah jumlah kation yang dapat
dipertukarkan pada permukaan koloid liat dengan sumber muatan negatif liat
bukan berasal dari mekanisme substitusi isomorf tetapi berasal dari mekanisme
patahan atau sembulan di permukaan koloid liat, sehingga tergantung pada kadar
H+ dan OH- dari larutan tanah.
Reaksi
Pertukaran Kation
Reaksi pertukaran
kation juga melibatkan H+ sehingga istilah “Pertukaran Kation” lebih tepat daripada “Pertukaran Basa”.
Kation yang terjerap dapat ditukar oleh kation lainnya, dan proses ini dinamakan
sebagai pertukaran kation. Reaksi pertukaran ini berlangsung secara instant.
Ca – Tanah +
2NH4+ Ã (NH4)2
- Tanah + Ca2+
Jerapan dan pertukaran
kation ini mempunyai arti penting di dalam serapan hara oleh tanaman, kesuburan
tanah, retensi hara dan pemupukan. Kation yang terjerap biasanya tersedia untuk
tanaman dengan menukarkannya dengan ion H+ hasil respirasi akar tanaman. Hara
yang ditambahkan ke dalam tanah melalui pemupukan akan diikat oleh permukaan
koloid tanah dan dapat dicegah dari pelindian, sehingga dapat menghindari
kemungkinan pencemaran air tanah (ground water).
Kapasitas
Pertukaran Kation (KPK)
KTK atau Cation Exchange
Capacity (CEC) merupakan kapasitas tanah untuk menjerap atau menukar kation.
Biasanya dinyatakan dalam miliekuivalen/100 g tanah atau me %, tetapi sekarang
diubah menjadi cmolc/kg tanah (centimoles of charge per kilogram of dry soil Nilai
KTK tanah bervariasi bergantung kepada tipe and jumlah koloid di dalam tanah.
Pada umumnya KTK koloid tanah adalah sebagai berikut:
Koloid
Tanah KPK (me %)
Humus 200
Vermikulit 100-150
Montmorilonit 70-95
Illit 10-40
Kaolinit 3-15
Seskuioksida 2-4
Kation yang berbeda
mempunyai kemampuan untuk menukar kation yang teradsorpsi. Ion divalen biasanya
dijerap lebih kuat dan lebih sulit ditukar daripada ion monovalen.
Ion Ba2+ dan NH4+ :
Ba2+
terjerap kuat oleh koloid tanah, tetapi daya penukarannya lemahÃ
Pertukaran kation enggunakan Ba < jumlah Ba yang dijerap NH4+ terjerap lebih
lemah daripada Ba, tetapi daya penukarannya kuat à Pertukaran kation
menggunakan NH4+ > jumlah NH4+ yang dijerap
Fiksasi
atau Sematan Kation
Dalam kondisi tertentu
kation yang teradsorpsi terikat secara kuat oleh lempung sehingga tidak dapat dilepaskan kembali oleh
reaksi pertukaran. Kation ini disebut KATION yang terfiksadi atau tersemat. Walaupun
sembarang kation dapat mengalami fiksasi, tetapi yang paling penting adalah
fiksasi K+ dan NH4+ yang terjadi dengan mekanisme yang sama. Lapisan (lattice)
lempung yang mengembang mempunyai lubang sebesar 1,40 Ǻ pada permukaan
intermiselar nya. K+ atau NH4+ memasuki
ruang intermiselar ini, ion tersebut terperangkap didalam lapisan lempung. Ion
tersebut menjadi tidak tertukar (Non Exchengeable) atau terfiksasi
Mineral lempung yang
banyak meyumbang fiksasi K+ dan NH4+
antara lain : mika, illit, montmorilonit, dan vermikulit. Permikutit,
zeolit, feldspar dan glaukonit juga diduga dapat mefiksasi K. Ada pendapat
bahwa mineral dengan muatan interlayer yang kuat dan mempunyai zona (wedge
zone) yang mempunyai selektifitas tinggi terhadap K akan banyak memfiksasi K. K
yang terfiksasi dapat dilepaskan kembali dan menjadi tersedia untuk tanaman.
Adanya asam humat dan asam fulvat di dalam tanah dapat mempercepat proses
tersebut. Tisdale dan Nelson (1975) berpendapat bahwa fiksasi K merupakan poses
konservasi di alam. Fiksasi K penting di dalam tanah pasiran untuk mencegah
dari pelindian. Pemupukan K+ dan NH4+ yang
terus menerus dapat menurunkan fiksasi K.
No comments:
Post a Comment