Post Top Ad

Your Ad Spot

Wednesday, April 20, 2016

Monitoring dan Sampling dalam penerapan pengelolaan hama terpadu PHT

Monitoring dan Sampling
a.      Monitoring
Monitoring atau pemantauan adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam pengambilan setiap keputusan pengendalian hama dalam kegiatan penanggulangan hama, hubungan antara aras pengambilan keputusan dengan kegiatan pemantauan sangat erat karna nilai ambang ekonomi dan ambang kendali yang di tetapkan tidak aka nada artinya jika tidak ada data yang akurat dan dapat di percaya data tersebut biasanya di dapat dari kegiatan pemantauan atau monitoring, dan sebaliknya program pemantauan atau monitoring juga tidak aka nada artinya jika tidak di kaitkan atau di hubungkan dengan suatu keputusan aras pengendalian seperti misalnya ambang ekonomi,
Pemantauan adalah suatu kegiatan pengamatan  yang di lakukan secara  berkala pada suatu objek di lokasi tertentu untuk kepentingan pengambilan keputusan. Pengamatan yang dilakukan secara insidentil yang tidak di gunakan untuk mengambil keputusan bukan merupakan kegiatan pemantauan. Kaitan antara kegiatann pemantauan da naras pengambilan keputusan PHT dapat di jelaskan melalui bagan system organisasi pelaksanaan PHT seperti berikut: Agroekosistem merupakan system yang dikelola oleh petani dengan tujuan agar diproleh produksi pertanian tinggi populasi hama dan kerusakan tanaman dapat dipertahankan pada aras yang tidak merugikan, serta residu pestisida dimakanan dan lingkungan dapat di tekan seminimal mungkin. Agroekosistem bersifat dinamik selalu berubah antara waktu kewaktu dan antar tempat serta sangat peka terhadap pengaruh dari dalam dan luar ekosistem. Agar sasaran pengelolaan agroekosistem tersebut dapat tercapai di perlukana informasi tentang keadaan dan dinamika ekosistem yang diproleh dari kegiatan pemantauan.
Kegiatan pemantauan biasanya dilakukan oleh petani dan petugas pengamatan, untuk dapat mengetahui perkembangan ekosistem yang meliputi perkembangan komponen komponen abiotic dan komponen biotik ekosistem. Komponen biotik meliputi keadaan tanaman, populasi hama, dan penyakit, populasi musuh alami dan lain lain, komponen komponen abiotic antara lain suhu, curah hujan, kelembaban,kecepatan angi dan lainya. Informasi yang diproleh dari kegiatan pengamatan kemudian dianalisis dan kegiatan ini di sebut dengan analisis ekosistem. Salah satu tujuan analisis ekosistem adalah mengetahui kondisi ekosistem termasuk populasi hama dan musuh alami hama. Hal ha yang perlu di anaalisi diantaranya populasi hama dilapangan apakah  sudah melebihi ambang ekonomi, populasi musuh alami, apakah mampu mempertahankan populasi hama dalam kedudukan keseimbangan, apakah kondisi cuaca mengeuntungkan perkembangan hama, serta bagaimana cara memanipulasi komponen komponen ekosistem agar populasi hama tidak melampaui ambang ekonomi dan lain lainya
Hasil analisis ekosistem tersebut merupakan masukan bagi pihak pengambil keputsan baik petani, petugas lapangan, pimpinan unit usaha untuk mengambil keputusan tentang bentuk bentuk tindakan pengelolaan yang perlu dilaksannakan terhadap ekosistemm. Pengambil keputusan merupakan lembaga atau perseorangan yang menetapkan keputusan dan rekomendasi yang perlu dilakukan untuk pengelolaan ekosistem termasuk tindakan pengendalian hama.setelah diambil keputusan tentang tindakan pengelolaan ekosistem yang perlu dilakukan, keputusan tersebut segera langsung di terapkan di lapangan dalam bentuk tindakan pengelolaan. Tindakan pengelolaan tersebut dapat dalam bentuk pengendalian hama dengan pestisida kimiawi, teknik pengendalian hama lainya atau tindakan pengelolaan ekosistem lainya tindakan perorangan atau tindakan sendiri oleh petani atau secara kelompok, atau bisa juga dilakukan oleh orang lain yang di beri tugas untuk hal tersebut. Kegiatan tindakan aksi juga meliputi kegiatan penyuluhan, perorganisasian petani dan kelompok tani, untuk penerapan secara bersama dan serentak pelaksanaan rekomendasi
Dalam pelaksanaan kegiatan pemantauan atau monitoring perlu di tetapkan siapa yang menjadi pelaksana pemantauan, apakah petani atau petugas lapangan pemerintah yang di tugasi untuk melakukan pemantauan seperti para POPT ( penendali Organisme Pengganggu Tumbuhan). Secara ideal apabila semua petani dan kelompok tani pernah memperoleh pelatihan pengamatan atau pelatihan PHT di SLPHT, tanggung jawab pemantauan di tingkat lapangan adalah petani beserta kelompoknya. Petugas lapangan pemerintah dapat memanfaatkan data hasil pemantauan petani tersebut untuk menyusun laporan mengenai kondsi OPT dan ekosistem di wilayahnya masing masing. Keberadaan POPT yang di beri tugas melakukan pengamatan masih di perlukan terutama daam melakukan koordinasi kegiatan PHT di daerah atau wilayah kerjanya.
b.      Sampling
Sampling adalah kegiatan pengambilann sampel atau contoh, sampel sendiri dalam pengertian statistic merupakan  bagian suatu populasi atau universum. Populasi hama pada suatau tempat merupakan seluruh individu hama yang ada di tempat tersebut pada saat tertentu. Misal yang dimaksudkan populasi tanaman padi adalahh seluruh tanaman padi yang ada pada suatu tempat.sasaran program pengamatan adalah menghitung jumlah seluruh individu dari suatu populasi secara tepat. Tetapi untuk menghitung semua individu sanngat sulit atau tidak mungkin dilaksanakan dalam peraktek pengamatan petugas pengamat hanya mengamati sebagian kecil angota populasi yang berupa sampel.karna itu sebelum melakukan pengamatan para petugas pengamat harus melakukan pengambilan sampel atau sampling.
Peroses pengambilan sampel dan monitoring memerlukan tehnik yang beragam tergantung pada jenis tanaman, hama, atau organisme lain yang diamati. Ada dua syarat yang perlu di perhatikan dalam melakukan tehnik pengamatan dan pengambilan sampel yang di lakukan yaitu peraktis, dan dapat di percaya. Peraktis disini dimaksdukan adalah metode pengamatan yang dilakukan sederhana, mudah di kerjakan dan tidak memerlukan peralatan dan bahan yang mahal, dan sedapat mungkin tidak memerlukan waktu yang lama. Hasil pengamatan harus dapat di percaya yang artinya metode tersebut akan menghasilkan data yang dapat mewakili atau menggambarkan secara benar tentang sifat populasi sesungguhnya.

c.       Faktor yang mempengaruhi kesalahan dalam pengambilan sampel
Pelaksanaan pengambilan sampel selalu dibayangi dengan kemungkinan berbuat kesalahan baik yang dilakukan secara sadar ataupun yang tidak sadar dalam pengambilan sampel banyak di jumpai sumber bias berikut ini 3 sumber bias yang utama yaitu:
1.      Sifat dan keterampilan petugas
Dalam program pengamatan hama dan ekosistem selalu mengikutsertakan banyak petugas pengamat hama dan petani yang memiliki keanekaragaman sifat, pengetahuan dan keterampilan yang sangat mempengaruhi mutu data yang terkumpul serta terjasinya kesalahan yang tidak dapat di hindari. Hasil analisis dan kesimpulan yang diproleh dari data semacam itu tentu saja akan menghasilkan kesimpulan yang salah dan rekomendasi tindakan pengendalian yang kurang tepat. Untuk memperkecil kesalahan tersebut sebelum melaksanakan kegiatan pengamatan perlu diadakan pendidikan dan pelatihan khusus bagi para pengamat dan petani tentang bagaimana seharusnya seseorang melakukan pengamatan ekosistem dengan benar. Metode pelatihan yang paling baik adalah pelatihan yang langsung di adakan di lapangan dengan mengikuti pertumbuhan tanaman dan dinamika populasi serangga selama satu musim tanam diskusi antar pengamat  tentang hasil hasil pengamatan dapat dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan dan keterampilan pengamat sehingga kualitas data pengamatan dapat semakin di percaya ketelitianya.
2.      Keadaan Lingkungan Setempat
Sumber bias lainya yang tidak dapat di hindari adalah keadaan lingkungan setempat yang mempengaruhi aktifitas dan prilaku serangga yang diamati. Banyak jenis serangga aktif pada siang hari dan ada juga yang aktif pada malam hari, atau aktif pada jam jam tertentu. Untuk mengurangi bias, waktu pengamatan harus di sesuaikan dengan irama kehidupan serangga. Ada beberapa serangga yang aktivitasnya tidak di pengaruhi oleh waktu dalam satu hari sehingga waktu pengamatan tidak perlu di sesuaikan. Banyak keadaan lingkungan lain seperti curah hujan, kebasahan, suhu, tanah, dan juga cara bercocok tanam yang mungkin berpengaruh terhadap aktivitas serangga. Perubahan yang  terjadi pada factor factor tersebut perlu di perhatikan sebelum dilakukan kegiatan pengamatan.
3.      Sifat Sebaran Spesial Serangga
Para pengamat seringkai menganggap bahwa serangga terebar secara merata di seluruh daerah atau petak pengamatan dengan demikian jumlah unit sampel yang diamati cukup sedikit karna sudah dianggap dapat menggambarkan sifat populasi di seluruh lapangan padahal kenyataanya di lapangan menunjukkan bahwa kecendrungan sebaran serangga bersifat bergerombol atau berkelompok. Sifat sebaran atau distribusi special individu serangga yang diamati di lapangan merupakan factor pentin yang harus di perhatikan dalam menetapkan metode pengambilan sampel ada 3 sifat sebaran serangga yang umum yaitu :
a.     Sebaran regular atau rata yang mengikuti distribusi teoritik binomial positif
b.    Sebaran random yang mengikuti distribusi teoritik poissson
c.     Sebaran mengelompok yang mengikuti sebaran teoritik binomial negative.

d.      Metode Pengambilan Sampel
Yang dimaksdu dengan dengan metode pengambilan sampel adalah cara atau tehnik yang memperoleh data tentang kepadatan populasi serangga yang diamati. Ukuran kepatan populasi suatu serangga yang biasa di gunakan adalah dalam bentuk jumlah individu per suatu satuan luas permukaan tanah. Data ini dapat di gunakan untuk menghitung atau menduga beberapa jumlah individu yang ada pada suatu daerah pengamatan. Sampai saat ini untuk studi ekologi dan pelaksanaan program PHT di kenal ada 3 metode pokok pengambilan sampel yaitu :
1.      Metode mutlak
Metode pengambilan sampel mutlak menghasilkan angka pendugaan populasi dalam bentuk jumlah individu per satuan unit permukaan tanah atau habitat serangga yang diamati dengan angka kepadatan populasi yang di proleh tersebut langsung dapat dilakukan pendugaan kepadatan populasi pada suatu wilatah pengamatan tertentu. Dalam pelaksanaan sampling terlebih dahulu di tetapkan unit sampel,  dalam hal ini berupa satuan luas permukaan tanh misal 1x1 m². semua individu serangga yang diamati dan berada pada unit sampel kemudian di kumpulkan dan di hitung jumlahnya. Untuk suatu petak pengamatan biasanya diambil beberapa unit sampel, angka kepadatan yang terkumpul dari beberapa unit sampel dapat untuk menghitung kepadatan populasi dari suatu petak pengamatan. Apabila ingin menduga berapa jumlah populasi serangga dalam suatu wilayah yang luasnya 1000 m², dapat mengalikan angka rata rata kepadatan per m² dengan kelipatan 1000



2.      Metode Nisbi
Metode pengambilan sampel nisbi menghasilkan angka penduga populasi yang sulit di konversikan dalam unit permukaan tanah karna banyaknya factor yang mempengaruhi angka penduga tersebut. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan alat alat perangkap serangga seperti perangkap jebakan  ( pitfall trap) atau perangkap lampu ( light trap). Data hasil penangkapan serangga akan sulit di konversikan pada unit permukaan tanah. Demikian juga cara pengambilan sampel dengan jarring ayun ( sweep net) dapat dimasukkan dalam metode nisbi. Dibandingkan dengan metode mutlak, metode nisbi merupakan metode yang lebih mudah dan praktis karna umumnya dengan metode ini individu serangga lebih mudah tertangkap dan di hitung.tetapi dilihat dari segi ketelitian statistic metode ini termasuk rendah.
3.      Metode Indeks Populasi
Apabila pada metode mutlak dan metode nisbi untuk menduga sifat populasi masih di kumpulkan dan di hitung individu serangga yang teramati, tetapi pada metode indeks populasi pengamat hanya mengukur dan menghitungg apa yang di tinggalkan oleh serangga tersebut yang biasanya berupa kotoran, kokon, sarang dan lain lain,
e.       Penyusunan Program Pengambilan Sampel
Dalam penyusunan secara lengkap program pengambilan sampel pada suatu wilayah pengamatan perlu di lakukan kegiatan kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan beberapa kriteria atau ketentuan tentang pengambilan sampel. Ketentuan tersebut meliputi penetapan tentang :
1.    Unit sampel
2.    Interval pengambilan sampel
3.    Ukuran sampel
4.    Desain pengambilan sampel
5.    Mekanik pengambilan sampel

1.      Penentuan unit sampel
Penentuan unit sampel  merupakan unit pengamatan yang terkecil. Pada unit tersebut diadakan pengukuran dan perhitungan oleh pengamat terhadap individu serangga yang ada, dana pa yang di tinggalkan oleh serangga yang menjadi objek pengamatan atau variable pengamatan. Morris ( 1955) menetapkan beberapa kriteria yang harus di penuhi oleh suatu unit sampel antara lain:
a.       Setiap unit dalam universum harus mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel
b.      Ukuranya harus stabil dan tidak di pengaruhi oelh perubahan habitat
c.       Harus ada cara untuk mengubah unit sampel tersebut ke unit area permukaan tanah
d.      Mudah di kerjakan di lapangan
e.       Harus ada keseimbangan antara varians dan biaya pengambilan sampel

2.      Penentuan Interval Pengambilan Sampel
Interval pengambilan sampel merupakan jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu pengamatan yang berikutnya pada petak pengamatan yang sama. Banyak factor yang perlu di perhatikan dalam menentukan interval pengamatan antara lain tingkat tumbuh tanaman, daur hidup serangga yang diamati, tujuan pengambilan sampel, factor cuaca, dll. Untuk serangga yang mempunyai siklus hisup yang pendek dan kapasitas repruduksi tinggi, interval pengamatan harus pendek agar tidak kehilangan informasi dari lapangan. Demikian juga keadaan ini berlaku bagi komuditas tanaman yang peka terhadap serangan hama seperti kapas dan juga untuk jenis hama yang peningkatan kerusakanya cepat.
3.      Penentuan Ukuran Sampel
Dalam program pengambilan sampel dan pengamatan, penentuan ukuran sampel atau jumlah unit sampel yang harus diamati pada setiap waktu pengamatan sangat menentukan kualitas pengamatan penentuan ukuran sampel optimal merupakan hal yang kritis dan yang sulit sehingga perlu di lakukan secara hati hati.
4.      Desain atau Pola Pengambilan Sampel
Ada beberapa pola yang dapat di gunakan untuk menetapkan unit sampel yang mana dari keseluruhan populasi yang harus diamati yang menjadi anggota sampel. Misal, kalua sudah di tentukan ukuran sampel 10, dan unit sampel adalah pohon, permasalahan dalam desain sampleing adalah menentukan 10 pohon pengamatan dari seluruh pohon dari suatu kebun misal 1000 pohon. Agar 10 pohon tersebut dapat mewakili keseluruhan pohon anggota populasi, penentuanya dilaksanakan secara acak atau random seperti dengan table random
5.      Mekanik Pengambilan Sampel
Mekanik pengambilan sampel serangga adalah segala tehnik memperoleh, mengumpul serta menghitung individu serangga yang diamati atau bahan yang di tinggalkan oleh serangga dalam menentukan mekanik sampling perlu di jamin bahwa semua individu serangga yng menjadi objek pengamatan harus dapat di kumpulkan, dan di hitung dengan cepat, jangan sampai ada individu yang tidak di hitung atau ada yang di hitung lebih dari satu kali, dalam menetapkan jenis mekanik sampling yang di gunakan perlu di pertimbangkan banyak factor terutama instar serangga yang diamati sifat biologi dan prilaku serangga, jenis tanaman , tingkat tumbuh tanaman, factor lingkungan fisik, dan yang tidak kalah penting ketersediaan biaya pengamatan. Morris ( 1966) membagi langkah langkah mekanik pengambilan sampel populasi hama sebagai berikut:
a.       Pengumpulan serangga dengan cara:
1.      Langsung dengan tangan, perangkap serangga di manfaatkan angina, cahaya, suara, bahan perekat, atraktan kimiawi dan alami, alat jebakan, listrik, atau dengan perlakuan pestisida dengan jarring ayun, bantuan alat alat lain yang berupa aspirator, dengan menggoyangkan tanaman dan menampung serangga yang jatuh dengan kain
2.      Tidak langsung mengumpulkan contoh medium atau  tempat serangga hidup seperti daun, batang, buah, tanah, air, udara dan kemudian diadakan ekstraksi untuk memperoleh serangga yang diamati
b.      Ekstraksi Serangga dapat dilakukan dengan :
1.      Menggambil langsung dengan tangan terutama untuk serangga daun
2.      Metode mekanik dengan ayakan tanah, pengapungan, penyingkatan rambut, dll
3.      Metode kimiawi ( fumigant, repelan, anestetik)
4.      Metode tipe prilaku dengan memanfaatkan prilaku serangga seperti cahaya, panas, air hangat dll
c.       Penghitungan Serangga dapat dilakukan dengan :
1.      Penghitungan langsung pada seluruh individu yang terkumpul dari setiap unit sampel.
2.      Menimbang atau mengukur volume serangga yang terkumpul karna jumlahnya yang terlalu banyak dan serangga yang berukuran kecil. Untuk itu perlu ada rumus konversi dari unit volume menjadi unit jumlah individu.
Dalam menentukan mekanik sampling juga perlu memperhatikan tujuan pengambilan sampel. Apabila tujuanya untuk membuat rekomendasi pengendalian seharusnya di carikan metode yang dapat dilakukan secara cepat oleh lebih banyak orang dengan tingkat pendidikan rata rata yang terbatas. Apabila tujuan sampling untuk mendukung kegiatan penelitian ekologi, metode sampling harus memiliki ketelitian tinggi dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga tenaga khusus yang terlatih.
f.     Pengembangan Program Pengambilan Sampel Beruntun
Pengambilan sampel dengan ukuran sampel tetap memerlukan biaya, tenaga pengamat dan waktu pengamatan yang besar. Akibatnya untuk sejumlah tenaga dan biaya yang tersedia daerah cakupan program pengamatan menjadi terbatas, serta proses pengambilan kesimpulan menjadi lebih lama. Untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dasar hasil pengamatan yang di perlukan tehnik pengambilan sampel yang lebuh peraktis dan kurang memerlukan waktu yang lama.salah satu tehnik sampling yang memenuhi persyaratan tersebut adalah tehnik pengambilan sampel beruntun.


Berbeda dengan tehnik pengambilan sampel konvensional yang memerlukan jumlah unit sampel yang tetap pada setiap pengamatan, sampling beruntun tidak memerlukanya karna jumlah unit sampel di tentukan oleh kepadatan populasi hama.apabila populasi cukup tingi atau cukup rendah pengamatan tidak memerlukan jumlah unit sampel yang banyak untuk sampai pada pengambilan keputusan pengendalian.keputusan dapat berupa perlu pengendalian bila populasi hama tinggi atau tidak perlu pengendalian bila populasi rendah, dengan demikian dapat di hemat biaya dan waktu karna jumlah unit sampel yang di periksa lebih sedikit. Apabila kepadatan populasi hama sedang jumlah unit sampel yang diamati akan menjadi lebih banyak. Di bandingkan dengan dengan cara sampling konvensional dengan ukuran sampel tetap, sampling beruntun dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga pengamatan tanpa mengorbankan ketelitian dan program sampling bruntun untuk hama tertentu di perlukan informasi dasar yang di proleh dari kegiatan penelitian.

No comments:

Post Top Ad

Your Ad Spot

Pages