Monitoring
dan Sampling
a.
Monitoring
Monitoring
atau pemantauan adalah suatu kegiatan yang sangat penting dalam pengambilan
setiap keputusan pengendalian hama dalam kegiatan penanggulangan hama, hubungan
antara aras pengambilan keputusan dengan kegiatan pemantauan sangat erat karna
nilai ambang ekonomi dan ambang kendali yang di tetapkan tidak aka nada artinya
jika tidak ada data yang akurat dan dapat di percaya data tersebut biasanya di
dapat dari kegiatan pemantauan atau monitoring, dan sebaliknya program
pemantauan atau monitoring juga tidak aka nada artinya jika tidak di kaitkan
atau di hubungkan dengan suatu keputusan aras pengendalian seperti misalnya
ambang ekonomi,
Pemantauan
adalah suatu kegiatan pengamatan yang di
lakukan secara berkala pada suatu objek
di lokasi tertentu untuk kepentingan pengambilan keputusan. Pengamatan yang
dilakukan secara insidentil yang tidak di gunakan untuk mengambil keputusan
bukan merupakan kegiatan pemantauan. Kaitan antara kegiatann pemantauan da
naras pengambilan keputusan PHT dapat di jelaskan melalui bagan system organisasi
pelaksanaan PHT seperti berikut: Agroekosistem merupakan system yang dikelola
oleh petani dengan tujuan agar diproleh produksi pertanian tinggi populasi hama
dan kerusakan tanaman dapat dipertahankan pada aras yang tidak merugikan, serta
residu pestisida dimakanan dan lingkungan dapat di tekan seminimal mungkin. Agroekosistem
bersifat dinamik selalu berubah antara waktu kewaktu dan antar tempat serta
sangat peka terhadap pengaruh dari dalam dan luar ekosistem. Agar sasaran
pengelolaan agroekosistem tersebut dapat tercapai di perlukana informasi
tentang keadaan dan dinamika ekosistem yang diproleh dari kegiatan pemantauan.
Kegiatan
pemantauan biasanya dilakukan oleh petani dan petugas pengamatan, untuk dapat
mengetahui perkembangan ekosistem yang meliputi perkembangan komponen komponen abiotic
dan komponen biotik ekosistem. Komponen biotik meliputi keadaan tanaman,
populasi hama, dan penyakit, populasi musuh alami dan lain lain, komponen
komponen abiotic antara lain suhu, curah hujan, kelembaban,kecepatan angi dan
lainya. Informasi yang diproleh dari kegiatan pengamatan kemudian dianalisis
dan kegiatan ini di sebut dengan analisis ekosistem. Salah satu tujuan analisis
ekosistem adalah mengetahui kondisi ekosistem termasuk populasi hama dan musuh
alami hama. Hal ha yang perlu di anaalisi diantaranya populasi hama dilapangan
apakah sudah melebihi ambang ekonomi,
populasi musuh alami, apakah mampu mempertahankan populasi hama dalam kedudukan
keseimbangan, apakah kondisi cuaca mengeuntungkan perkembangan hama, serta
bagaimana cara memanipulasi komponen komponen ekosistem agar populasi hama
tidak melampaui ambang ekonomi dan lain lainya
Hasil
analisis ekosistem tersebut merupakan masukan bagi pihak pengambil keputsan
baik petani, petugas lapangan, pimpinan unit usaha untuk mengambil keputusan
tentang bentuk bentuk tindakan pengelolaan yang perlu dilaksannakan terhadap
ekosistemm. Pengambil keputusan merupakan lembaga atau perseorangan yang
menetapkan keputusan dan rekomendasi yang perlu dilakukan untuk pengelolaan
ekosistem termasuk tindakan pengendalian hama.setelah diambil keputusan tentang
tindakan pengelolaan ekosistem yang perlu dilakukan, keputusan tersebut segera
langsung di terapkan di lapangan dalam bentuk tindakan pengelolaan. Tindakan pengelolaan
tersebut dapat dalam bentuk pengendalian hama dengan pestisida kimiawi, teknik
pengendalian hama lainya atau tindakan pengelolaan ekosistem lainya tindakan
perorangan atau tindakan sendiri oleh petani atau secara kelompok, atau bisa
juga dilakukan oleh orang lain yang di beri tugas untuk hal tersebut. Kegiatan tindakan
aksi juga meliputi kegiatan penyuluhan, perorganisasian petani dan kelompok
tani, untuk penerapan secara bersama dan serentak pelaksanaan rekomendasi
Dalam
pelaksanaan kegiatan pemantauan atau monitoring perlu di tetapkan siapa yang
menjadi pelaksana pemantauan, apakah petani atau petugas lapangan pemerintah
yang di tugasi untuk melakukan pemantauan seperti para POPT ( penendali
Organisme Pengganggu Tumbuhan). Secara ideal apabila semua petani dan kelompok
tani pernah memperoleh pelatihan pengamatan atau pelatihan PHT di SLPHT,
tanggung jawab pemantauan di tingkat lapangan adalah petani beserta
kelompoknya. Petugas lapangan pemerintah dapat memanfaatkan data hasil
pemantauan petani tersebut untuk menyusun laporan mengenai kondsi OPT dan
ekosistem di wilayahnya masing masing. Keberadaan POPT yang di beri tugas
melakukan pengamatan masih di perlukan terutama daam melakukan koordinasi
kegiatan PHT di daerah atau wilayah kerjanya.
b. Sampling
Sampling
adalah kegiatan pengambilann sampel atau contoh, sampel sendiri dalam
pengertian statistic merupakan bagian
suatu populasi atau universum. Populasi
hama pada suatau tempat merupakan seluruh individu hama yang ada di tempat
tersebut pada saat tertentu. Misal yang dimaksudkan populasi tanaman padi
adalahh seluruh tanaman padi yang ada pada suatu tempat.sasaran program
pengamatan adalah menghitung jumlah seluruh individu dari suatu populasi secara
tepat. Tetapi untuk menghitung semua individu sanngat sulit atau tidak mungkin
dilaksanakan dalam peraktek pengamatan petugas pengamat hanya mengamati
sebagian kecil angota populasi yang berupa sampel.karna itu sebelum melakukan
pengamatan para petugas pengamat harus melakukan pengambilan sampel atau
sampling.
Peroses
pengambilan sampel dan monitoring memerlukan tehnik yang beragam tergantung
pada jenis tanaman, hama, atau organisme lain yang diamati. Ada dua syarat yang
perlu di perhatikan dalam melakukan tehnik pengamatan dan pengambilan sampel
yang di lakukan yaitu peraktis, dan dapat di percaya. Peraktis disini
dimaksdukan adalah metode pengamatan yang dilakukan sederhana, mudah di
kerjakan dan tidak memerlukan peralatan dan bahan yang mahal, dan sedapat
mungkin tidak memerlukan waktu yang lama. Hasil pengamatan harus dapat di
percaya yang artinya metode tersebut akan menghasilkan data yang dapat mewakili
atau menggambarkan secara benar tentang sifat populasi sesungguhnya.
c. Faktor yang mempengaruhi kesalahan
dalam pengambilan sampel
Pelaksanaan
pengambilan sampel selalu dibayangi dengan kemungkinan berbuat kesalahan baik
yang dilakukan secara sadar ataupun yang tidak sadar dalam pengambilan sampel
banyak di jumpai sumber bias berikut ini 3 sumber bias yang utama yaitu:
1. Sifat
dan keterampilan petugas
Dalam
program pengamatan hama dan ekosistem selalu mengikutsertakan banyak petugas
pengamat hama dan petani yang memiliki keanekaragaman sifat, pengetahuan dan
keterampilan yang sangat mempengaruhi mutu data yang terkumpul serta terjasinya
kesalahan yang tidak dapat di hindari. Hasil analisis dan kesimpulan yang
diproleh dari data semacam itu tentu saja akan menghasilkan kesimpulan yang
salah dan rekomendasi tindakan pengendalian yang kurang tepat. Untuk memperkecil
kesalahan tersebut sebelum melaksanakan kegiatan pengamatan perlu diadakan
pendidikan dan pelatihan khusus bagi para pengamat dan petani tentang bagaimana
seharusnya seseorang melakukan pengamatan ekosistem dengan benar. Metode pelatihan
yang paling baik adalah pelatihan yang langsung di adakan di lapangan dengan
mengikuti pertumbuhan tanaman dan dinamika populasi serangga selama satu musim
tanam diskusi antar pengamat tentang
hasil hasil pengamatan dapat dilakukan untuk mengurangi perbedaan pengetahuan
dan keterampilan pengamat sehingga kualitas data pengamatan dapat semakin di
percaya ketelitianya.
2. Keadaan
Lingkungan Setempat
Sumber
bias lainya yang tidak dapat di hindari adalah keadaan lingkungan setempat yang
mempengaruhi aktifitas dan prilaku serangga yang diamati. Banyak jenis serangga
aktif pada siang hari dan ada juga yang aktif pada malam hari, atau aktif pada
jam jam tertentu. Untuk mengurangi bias, waktu pengamatan harus di sesuaikan
dengan irama kehidupan serangga. Ada beberapa serangga yang aktivitasnya tidak
di pengaruhi oleh waktu dalam satu hari sehingga waktu pengamatan tidak perlu
di sesuaikan. Banyak keadaan lingkungan lain seperti curah hujan, kebasahan,
suhu, tanah, dan juga cara bercocok tanam yang mungkin berpengaruh terhadap
aktivitas serangga. Perubahan yang
terjadi pada factor factor tersebut perlu di perhatikan sebelum
dilakukan kegiatan pengamatan.
3. Sifat
Sebaran Spesial Serangga
Para
pengamat seringkai menganggap bahwa serangga terebar secara merata di seluruh
daerah atau petak pengamatan dengan demikian jumlah unit sampel yang diamati
cukup sedikit karna sudah dianggap dapat menggambarkan sifat populasi di
seluruh lapangan padahal kenyataanya di lapangan menunjukkan bahwa kecendrungan
sebaran serangga bersifat bergerombol atau berkelompok. Sifat sebaran atau
distribusi special individu serangga yang diamati di lapangan merupakan factor pentin
yang harus di perhatikan dalam menetapkan metode pengambilan sampel ada 3 sifat
sebaran serangga yang umum yaitu :
a.
Sebaran regular atau rata yang mengikuti
distribusi teoritik binomial positif
b.
Sebaran random yang mengikuti distribusi
teoritik poissson
c.
Sebaran mengelompok yang mengikuti
sebaran teoritik binomial negative.
d. Metode Pengambilan Sampel
Yang
dimaksdu dengan dengan metode pengambilan sampel adalah cara atau tehnik yang memperoleh
data tentang kepadatan populasi serangga yang diamati. Ukuran kepatan populasi
suatu serangga yang biasa di gunakan adalah dalam bentuk jumlah individu per
suatu satuan luas permukaan tanah. Data ini dapat di gunakan untuk menghitung
atau menduga beberapa jumlah individu yang ada pada suatu daerah pengamatan. Sampai
saat ini untuk studi ekologi dan pelaksanaan program PHT di kenal ada 3 metode
pokok pengambilan sampel yaitu :
1.
Metode mutlak
Metode
pengambilan sampel mutlak menghasilkan angka pendugaan populasi dalam bentuk
jumlah individu per satuan unit permukaan tanah atau habitat serangga yang
diamati dengan angka kepadatan populasi yang di proleh tersebut langsung dapat
dilakukan pendugaan kepadatan populasi pada suatu wilatah pengamatan tertentu. Dalam
pelaksanaan sampling terlebih dahulu di tetapkan unit sampel, dalam hal ini berupa satuan luas permukaan
tanh misal 1x1 m². semua individu serangga yang diamati dan berada pada unit
sampel kemudian di kumpulkan dan di hitung jumlahnya. Untuk suatu petak
pengamatan biasanya diambil beberapa unit sampel, angka kepadatan yang
terkumpul dari beberapa unit sampel dapat untuk menghitung kepadatan populasi
dari suatu petak pengamatan. Apabila ingin menduga berapa jumlah populasi
serangga dalam suatu wilayah yang luasnya 1000 m², dapat mengalikan angka rata
rata kepadatan per m² dengan kelipatan 1000
2.
Metode Nisbi
Metode
pengambilan sampel nisbi menghasilkan angka penduga populasi yang sulit di
konversikan dalam unit permukaan tanah karna banyaknya factor yang mempengaruhi
angka penduga tersebut. Cara pengambilan sampel dengan menggunakan alat alat
perangkap serangga seperti perangkap jebakan ( pitfall trap) atau perangkap lampu ( light
trap). Data hasil penangkapan serangga akan sulit di konversikan pada unit
permukaan tanah. Demikian juga cara pengambilan sampel dengan jarring ayun (
sweep net) dapat dimasukkan dalam metode nisbi. Dibandingkan dengan metode
mutlak, metode nisbi merupakan metode yang lebih mudah dan praktis karna
umumnya dengan metode ini individu serangga lebih mudah tertangkap dan di
hitung.tetapi dilihat dari segi ketelitian statistic metode ini termasuk rendah.
3.
Metode Indeks Populasi
Apabila
pada metode mutlak dan metode nisbi untuk menduga sifat populasi masih di
kumpulkan dan di hitung individu serangga yang teramati, tetapi pada metode
indeks populasi pengamat hanya mengukur dan menghitungg apa yang di tinggalkan
oleh serangga tersebut yang biasanya berupa kotoran, kokon, sarang dan lain
lain,
e. Penyusunan Program Pengambilan
Sampel
Dalam
penyusunan secara lengkap program pengambilan sampel pada suatu wilayah
pengamatan perlu di lakukan kegiatan kegiatan yang bertujuan untuk menetapkan
beberapa kriteria atau ketentuan tentang pengambilan sampel. Ketentuan tersebut
meliputi penetapan tentang :
1. Unit
sampel
2. Interval
pengambilan sampel
3. Ukuran
sampel
4. Desain
pengambilan sampel
5. Mekanik
pengambilan sampel
1.
Penentuan unit sampel
Penentuan
unit sampel merupakan unit pengamatan
yang terkecil. Pada unit tersebut diadakan pengukuran dan perhitungan oleh
pengamat terhadap individu serangga yang ada, dana pa yang di tinggalkan oleh
serangga yang menjadi objek pengamatan atau variable pengamatan. Morris ( 1955)
menetapkan beberapa kriteria yang harus di penuhi oleh suatu unit sampel antara
lain:
a.
Setiap unit dalam universum harus
mempunyai peluang yang sama untuk terpilih sebagai sampel
b.
Ukuranya harus stabil dan tidak di
pengaruhi oelh perubahan habitat
c.
Harus ada cara untuk mengubah unit
sampel tersebut ke unit area permukaan tanah
d.
Mudah di kerjakan di lapangan
e.
Harus ada keseimbangan antara varians
dan biaya pengambilan sampel
2.
Penentuan Interval Pengambilan Sampel
Interval
pengambilan sampel merupakan jarak waktu pengamatan yang satu dengan waktu pengamatan
yang berikutnya pada petak pengamatan yang sama. Banyak factor yang perlu di
perhatikan dalam menentukan interval pengamatan antara lain tingkat tumbuh
tanaman, daur hidup serangga yang diamati, tujuan pengambilan sampel, factor cuaca,
dll. Untuk serangga yang mempunyai siklus hisup yang pendek dan kapasitas
repruduksi tinggi, interval pengamatan harus pendek agar tidak kehilangan
informasi dari lapangan. Demikian juga keadaan ini berlaku bagi komuditas
tanaman yang peka terhadap serangan hama seperti kapas dan juga untuk jenis
hama yang peningkatan kerusakanya cepat.
3.
Penentuan Ukuran Sampel
Dalam
program pengambilan sampel dan pengamatan, penentuan ukuran sampel atau jumlah
unit sampel yang harus diamati pada setiap waktu pengamatan sangat menentukan
kualitas pengamatan penentuan ukuran sampel optimal merupakan hal yang kritis
dan yang sulit sehingga perlu di lakukan secara hati hati.
4.
Desain atau Pola Pengambilan Sampel
Ada
beberapa pola yang dapat di gunakan untuk menetapkan unit sampel yang mana dari
keseluruhan populasi yang harus diamati yang menjadi anggota sampel. Misal, kalua
sudah di tentukan ukuran sampel 10, dan unit sampel adalah pohon, permasalahan
dalam desain sampleing adalah menentukan 10 pohon pengamatan dari seluruh pohon
dari suatu kebun misal 1000 pohon. Agar 10 pohon tersebut dapat mewakili keseluruhan
pohon anggota populasi, penentuanya dilaksanakan secara acak atau random
seperti dengan table random
5.
Mekanik Pengambilan Sampel
Mekanik
pengambilan sampel serangga adalah segala tehnik memperoleh, mengumpul serta
menghitung individu serangga yang diamati atau bahan yang di tinggalkan oleh
serangga dalam menentukan mekanik sampling perlu di jamin bahwa semua individu
serangga yng menjadi objek pengamatan harus dapat di kumpulkan, dan di hitung
dengan cepat, jangan sampai ada individu yang tidak di hitung atau ada yang di
hitung lebih dari satu kali, dalam menetapkan jenis mekanik sampling yang di
gunakan perlu di pertimbangkan banyak factor terutama instar serangga yang
diamati sifat biologi dan prilaku serangga, jenis tanaman , tingkat tumbuh
tanaman, factor lingkungan fisik, dan yang tidak kalah penting ketersediaan
biaya pengamatan. Morris ( 1966) membagi langkah langkah mekanik pengambilan
sampel populasi hama sebagai berikut:
a.
Pengumpulan serangga dengan cara:
1. Langsung
dengan tangan, perangkap serangga di manfaatkan angina, cahaya, suara, bahan
perekat, atraktan kimiawi dan alami, alat jebakan, listrik, atau dengan
perlakuan pestisida dengan jarring ayun, bantuan alat alat lain yang berupa
aspirator, dengan menggoyangkan tanaman dan menampung serangga yang jatuh
dengan kain
2. Tidak
langsung mengumpulkan contoh medium atau tempat serangga hidup seperti daun, batang,
buah, tanah, air, udara dan kemudian diadakan ekstraksi untuk memperoleh
serangga yang diamati
b.
Ekstraksi Serangga dapat dilakukan
dengan :
1. Menggambil
langsung dengan tangan terutama untuk serangga daun
2. Metode
mekanik dengan ayakan tanah, pengapungan, penyingkatan rambut, dll
3. Metode
kimiawi ( fumigant, repelan, anestetik)
4. Metode
tipe prilaku dengan memanfaatkan prilaku serangga seperti cahaya, panas, air
hangat dll
c.
Penghitungan Serangga dapat dilakukan
dengan :
1. Penghitungan
langsung pada seluruh individu yang terkumpul dari setiap unit sampel.
2. Menimbang
atau mengukur volume serangga yang terkumpul karna jumlahnya yang terlalu
banyak dan serangga yang berukuran kecil. Untuk itu perlu ada rumus konversi
dari unit volume menjadi unit jumlah individu.
Dalam
menentukan mekanik sampling juga perlu memperhatikan tujuan pengambilan sampel.
Apabila tujuanya untuk membuat rekomendasi pengendalian seharusnya di carikan
metode yang dapat dilakukan secara cepat oleh lebih banyak orang dengan tingkat
pendidikan rata rata yang terbatas. Apabila tujuan sampling untuk mendukung
kegiatan penelitian ekologi, metode sampling harus memiliki ketelitian tinggi
dan hanya dapat dilakukan oleh tenaga tenaga khusus yang terlatih.
f.
Pengembangan
Program Pengambilan Sampel Beruntun
Pengambilan
sampel dengan ukuran sampel tetap memerlukan biaya, tenaga pengamat dan waktu
pengamatan yang besar. Akibatnya untuk sejumlah tenaga dan biaya yang tersedia
daerah cakupan program pengamatan menjadi terbatas, serta proses pengambilan
kesimpulan menjadi lebih lama. Untuk mempercepat proses pengambilan keputusan
dasar hasil pengamatan yang di perlukan tehnik pengambilan sampel yang lebuh
peraktis dan kurang memerlukan waktu yang lama.salah satu tehnik sampling yang
memenuhi persyaratan tersebut adalah tehnik pengambilan sampel beruntun.
Berbeda
dengan tehnik pengambilan sampel konvensional yang memerlukan jumlah unit
sampel yang tetap pada setiap pengamatan, sampling beruntun tidak memerlukanya
karna jumlah unit sampel di tentukan oleh kepadatan populasi hama.apabila
populasi cukup tingi atau cukup rendah pengamatan tidak memerlukan jumlah unit
sampel yang banyak untuk sampai pada pengambilan keputusan pengendalian.keputusan
dapat berupa perlu pengendalian bila populasi hama tinggi atau tidak perlu
pengendalian bila populasi rendah, dengan demikian dapat di hemat biaya dan
waktu karna jumlah unit sampel yang di periksa lebih sedikit. Apabila kepadatan
populasi hama sedang jumlah unit sampel yang diamati akan menjadi lebih banyak.
Di bandingkan dengan dengan cara sampling konvensional dengan ukuran sampel
tetap, sampling beruntun dapat menghemat biaya, waktu, dan tenaga pengamatan
tanpa mengorbankan ketelitian dan program sampling bruntun untuk hama tertentu
di perlukan informasi dasar yang di proleh dari kegiatan penelitian.
No comments:
Post a Comment